Postingan

Percaya Tak Seperti Dedaunan pada Musim Semi

A: Mengapa sulit sekali membuatmu percaya? B: Aku bertemu banyak orang yang meyakinkan bahwa mereka akan tinggal, apa pun yang terjadi. Lalu mereka pergi. Kali lainnya, aku bertemu lagi dengan beberapa orang. Kala itu, aku tidak lagi butuh semua orang. Beberapa orang saja cukup. Lagi-lagi, setelah mengucapkan hal yang sama, mereka hilang. Aku kembali bertemu dengan seseorang. Ia meyakinkanku bahwa jarak tidak akan jadi masalah. Fisik boleh pergi, tapi ia masih tetap orang yang sama. Sekali ini, aku mencoba memercayainya. Komunikasi berjalan dengan baik untuk beberapa waktu. Mungkin seiring waktu, percakapan kami jadi hambar dan tidak cukup menyenangkan. Pada akhirnya, ia juga menghilang. Menghubungiku setahun setelah aku nyaris tak bisa berjalan. Aku lelah memercayai. Tidak hanya tiga empat orang yang meyakinkanku lalu pergi seakan tidak pernah mengucap kata-kata itu. Aku menjelma seseorang yang penuh kecurigaan pada tiap interaksi dan sikap baik orang lain. A: Termasuk kepadaku...

Rahasia Umum

"Kamu, rahasia umum di kepalaku. Seluruh tubuhku mengenalmu."     - lenaffee 

Percaya dan Bergantung itu Sepaket

Sesekali ingin menjawab “enggak” saat ditanya “are you okay?” Tapi aku belum bisa merasa nyaman pada orang lain. Aku takut nyaman akan berujung pada ketergantungan yang jelas akan melemahkan. Satu-satunya yang bisa kulakukan hanya menutup akses untuk percaya dan bergantung pada orang lain. Percaya dan bergantung itu sepaket. Jika sudah percaya, aku akan menggantungkan ekspektasi tertentu pada orang yang kupercayai. Itu memberatkan, bukan? lenaffee kotak biru, dua puluh enam maret